Senin, 29 Desember 2014

Filsafat

Filsafat
Filsafat tidak akan didapat selain di dalam dan diantara manusia yang berpikir. Binatang tidak sanggup berfilsafat, kenapa? Karena binatang itu tidak mempunyai akal pikiran.
Manusia adalah makhluk berpikir. Filsuf adalah manusia berfikir.  Tidak setiap manusia itu filsuf. Tetapi semua orang yang mempunyai kecerdasan yang normal tentulah dapat menjadi filsuf.
Filsuf adalah ahli-fikir yang radikal. Bukan dalam arti, bahwa ia hendak membuang atau mengubah seluruhnya. Tetapi dalam arti yang sebenarnya. Bahwa ia berusaha mencapai radix, akarnya. Akar apa? Akar kenyataan. Akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Manusia adalah makhluk yang penanya. Manusia ialah yang memberikan keterangan, dan memberi interpretasi. Maksud pertanyaan ialah menjelaskan kenyataan. Dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan itu manusia menemukan kebenarannya.
            Jika kita mau bertanya, maka kita harus ada :
1.      Yang menanyakan,
2.      Sesuatu yang ditanya, dan
3.      Sesuatu yang menjadi pokok pertanyaan. Mungkin sebab atau tindakan peristiwa-peristiwa tertentu, kejadian-kejadian tertentu, akibat perbuatan-perbuatan tertentu dan sebagainya.

Buku yang baru terbit mengenai pandangan tentang manusia secara filsafat. (filosofosche anthropologie) yang mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk pemberani. Seorang filsuf adalah seorang pemberani.
Tetapi seseorang tak akan berani jika melakukan sesuatu itu tidak berkeyakinan bahwa pekerjaannya itu akan menghasikan sesuatu , dan menemukan sesuatu yang berguna.
            Pertanyaan tidak akan timbul, kalau kenyataannya tidak memberi jawaban. Seperti pada sebuah batu tak dapat diberi pertanyaan, karena batu itu tidak bisa menjawab dalam arti bisu.  Sebenarnya tujuan pertanyaan itu tak lain dari penjelasan tentang sesuatu yang sebenarnya telah diketahui dengan samar-samar, sekurang-kurangnya mau atau yakin akan memajukannya. Bukanlah tiap-tiap pertanyaan adalah untuk mengetahui sesuatu yang tertentu, dan tentang sesuatu itu sedikit-banyaknya kita telah mempunyai cita, bayangan atau tanggapan, karena kalau tidak demikian pertanyaan itu tidak mungkin kita susun.
            Sifat manusia itu salah satunya adalah bertanya, selalu ada yang dapat ditanyakkan. Manusia mungkin akan bertanya begini : tidak mungkinkah hal-hal yang ditanyakan itu makin berkurang banyaknya? Bukankah pengetahuan manusia selalu bertambah, bukankah pengetahuan itu meresap ke daerah-daerah dimana dahulunya orang tidak kenal sedikit juga tentang penngetahuan itu makin lama makin kecil , sehingga akhirnya di ketahui seluruhnya.
Selama ada kebudayaan  manusia, filsafat merupakan suatu bagian dari kebudayaan itu. Kebudayaan manusia tidaklah satu, tetapi banyak, berdampingan dan berturut-turut. Dalam kebudayaan-kebudayaan itu filsafat tidak selalu memegang fungsi dan menduduki tempat yang sama dan tidak selalu filsafat itu didukung oleh golongan masyarakat yang sama. Kita mengenal filsafat sebagai sesuatu yang umum dari keragaman pendirian, system, aliran, dan pendapat secara filsafat.
Filsafat tak akan ditemukan selain di tengah-tengah manusia berfikir. Di luar itu ia menjadi sesuatu yang abstrak , sesuatu yang tak hidup.
Filsafat difikirkan oleh manusia dan harus diterima oleh manusia. Jadi manusia sebetulnya hanya ada dalam dan sebagai suatu bentuk tertentu dari aktivitet. Kalau aktivitet itu sekiranya tidak menerima tetapi mencipta, mempunyai bentuk-bentuk tertentu maka terjalinlah suatu filsafat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar