Senin, 04 Januari 2016

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku mengajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan.
Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu membuat desain/perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model desain yang dianggap cocok untuk dikembangkan.
Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Kegiatan pembelajaran, dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggabarkan cara mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujusn untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik sangat terkenal dalam dunia pembelajaran kita, namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik.
Demikian pula dengan para ahli, mereka memiliki pemaknaan sendiri-sendiri tentang istilah-istilah tersebut. Dengan banyaknya pendapat atau pemahaman mengenai istilah-istilah tersebut, dalam makalah ini kami hanya membahas salah satu pokok pembahasan yaitu mengenai Model-model Pembelajaran.






B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
2.      Apa saja ciri-ciri model pembelajaran?
3.      Apa saja karakteristik model pembelajaran?
4.      Pola seperti apa yang ada dalam modelpembelajaran ?
5.      Apa sajakah macam-macam model pembelajaran?
6.      Bagaimana cara memilih model pembelajan yang baik?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan model pembelajaran.
2.      Mengetahui ciri-ciri model pembelajaran
3.      Mengetahui karakteristik model pembelajaran.
4.      Memahami pola model pembelajaran.
5.      Memahami macam-macam model pembelajaran.
6.      Memahami cara memilih model pembelajan yang baik.

BAB II
KAJIAN TEORI
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends,1997:7). Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce (1992:4) dalam (Trianto, 2010: 51) bahwa “ Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajar untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Joyce dan weil (1992: 1) menyatakan bahwa “models of teaching are really models of learning . as we help student acquire information,ideas,skills,value,ways of thinking and means of expressing themselves,we are also teaching them how to learn”.  Hal ini berarti bahwa model mengajar merupakn model belajar dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu mereka juga mengajarkan bagai mana mereka mengajar.
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan di gunakan, termasuk di dalam nya tujuan-tujuan pengajaran,tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Kardi, S. dan Nur, 2000b: 8) hal ini sesuai dengan pendapat joyce (1992:4) bahwa “each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives”. Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa setiap model mengarahkan kita merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Model pembelajaran adalah suatu perencanan atau pola yang dapat kita gunaka untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan material/perangkat pembelajarantermasuk di dalam buku-buku, film-film, tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar) setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu sisiwa untuk mencapai berbagai tujuan. Sebagai pendapat Joice, dkk (1992:1)
Arends (1997) dalam (Trianto, 2010: 54)  menyatakan bahwa istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertebtu termasuk tujuannya, sintaksnya,lingkungannya, dan sisitem pengelolaannya.
Arends (2001) menyeleksi enam macam model pengajaran yang sering dan praktis di gunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah : prestasi pengajar langsung (direct instruction), pengajaran konsep, pembelajaran koopratif,pembelajaran berdasarkan masalah (problem base instruction), dan diskusi kelas dalam mengajar suatu konsep atau materi tertentu tidak ada satu model pembelajaean yang lebih baik dari pada model pembelajaran lainnya berate untuk setiap model pembelajaran harus memiliki pertimbangn-pertimbangan, seperti materi pelajaran, jam pelajran, tingkat perkembangan kognitif sisiwa, lingkungan belajar, dan fasilitas penunjang yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dapat tercapai.
Joyce dan weil (1992:4) bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanan atau suatu poal yang di pergunakan sebagai dalam merencankan pembelajaran di kelas atau pembelajarn tutorial dan untuk menentukan prangkat-prangkat pembelajaran seperti buku-buku, filem-filem,komputer, kurikulum dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa setiap model yang akan di gunakan dalam pembelajran menentukan prangkat yang dipakai dalam pembelajaran tersebut.
Arends (1997) memilih istilah model pelajaran berdasarkan alas an penting, yaitu pertama istilah model mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur.kedua model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang di bicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak. model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajran, sistaksisnya, dan sifat lingkungan belajarnya.
Arends (1997:7) mengemukakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan di gunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Joyce dan Weil (1992: 4). Bahwa setiap model mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk peserta didik dalam mendesai pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai.
Menurut Johnson (dalam Samani, 2000) dalam (Trianto, 2010: 55), untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek proses sudah dapat dipastikan berlangsung baik.
Akhirnya, setiap model memerlukan system pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada system social kelas. Sifat materi dari sistem saraf banyak konsep dan informasi –informasi dari teks buku bacaan materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar kegiatan siswa (LKS).

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis, sosiologis, analisis sistem atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce dan Weil, 1980). Joyce dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce dan Weil, 1980: 1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

B.     Ciri-ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih pertisipasi dalam kelompok secara demokratis.
2.      Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif yang dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.
3.      Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang.
4.      Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) system social; dan (d) system pendukung. Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu pembelajaran.
5.      Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: (a) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur; (b) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6.      Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

C.    Karakteristik Model pembelajaran
Model Pembelajaran Berdasarkan Teori
1.      Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model interaksi social menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Aplikasi Teori Gestalt dalam pembelajaran adalah:
a.       Pengalaman (insight/tilikan). Dalam proses pembelaran siswa hendaknya memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek.
b.      Pembelajaran yang bermakna. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya dimasa yang akan dating.
c.       Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping adanya kaitan dengan SR-bond, juga terkait erat degan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang kan dicapai.
d.      Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan/field theory). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan di mana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan di mana siswa berada (kontekstual).
Model Interaksi Sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut.
a.       Kerja Kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
b.      Pertemuan Kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
c.       Pemecahan Masalah Sosial atau Social Inquiry, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
d.      Bermain Peran, sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk mem¬bantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan pen-tahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, (3) mengetnbangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena is akan mendapatkan dirt dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain-lain.
e.       Simulasi Sosial, Simulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya antara lain Sarene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan berasal dan disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dan prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu studi perbandingan antara mekanisme kontrol manusia (biologis) dengan sistem elektromekanik. Aplikasi prinsip sibernetik dalam pendidikan terlihat dengan semakin banyaknya simulator yang dikembangkan untuk berbagai kebutuhan. Simulator adalah suatu alat yang merepresentasikan realitas, di mana kerumitan aktivitasnya dapat dikendalikan. Contoh simulator pilot pesawat terbang, simulator pengendara mobil, dan lain-lain. Simulator memiliki beberapa kelebihan, di antaranya ialah (1) siswa dapat memelajari sesuatu yang dalam situasi nyata tidak dapat dilakukan karena kerumitannya atau karena faktor lain seperti risiko kecelakaan, bahaya, dan bin-lain, dan (2) memungkinkan siswa belajar dan umpan balik yang datang dari dirinya sendiri.
f.       Yurisprudensi, Model pembelajaran yang dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang berbeda pan­dangan dan prioritas satu samalain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Model Pembelajaran Telaah Jurisprudensial melatih siswa untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid. Model ini juga dapat mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya. Atau sebaliknya, ia bahkan menerima dan mengakui kebenaran sikap yang diambil orang lain terhadap suatu isu sosial tertentu.

2.      Model Pemerosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memeroses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemerosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan symbol verbal dan visual. Teori pemerosesn informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Dalam pemerosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan) dan interaksi antarkeduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemerosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari: (a) informasi verbal; (b) kecakapan intelektual; (c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) kecakapan motorik.


Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne adalah:
a.       Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi intrinsic dan ekstrinsik).
b.      Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran.
c.       Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa.
d.      Penahanan, menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang.
e.       Ingatan Kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan.
f.       Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu,
g.      Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
h.      Umpan Balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang dilakukannya.
Model proses informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran, diantaranya:
a.         Model Berpikir Induktif, Model pembelajaran berpikir induktif merupakan karya besar Hilda Taba. Suatu strategi mengajar yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengolah informasi. Secara singkat model ini merupakan strategi mengajar untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut: (1) kemampuan berpikir dapat diajarkan; (2) Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data; (3) Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful).
b.         Model Latihan Inkuiri, Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakinihahwa anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada mereka. Secara singkat, model ini bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan masalah secara ilmiah.
c.         Inkuiri Ilmiah, dipelopori oleh Joseph. J. Schwab. Model ini bertujuan untuk mengajar system penelitian dari suatu disiplin, tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dari pemecahan masalah).
d.        Penemuan Konsep, adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu konsep tertentu. Pada umumnya manusia mengkategorikan suatu konsep berdasarkan ciri-ciri (atribut) yang dimilikinya. Atas dasar pandangan tersebut maka kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep menjadi bagian fundamental dan sistem persekolahan.
e.         Pertumbuhan Kognitif, dipelopori oleh Jean Piaget, Irving sigel, Edmund Sulllvan, dan Lawrence Kohlberg yang bertujuan untuk memengaruhi siswa agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial. Perilaku dan nilai-nilainya diharapkan anak menjadi sumber bagi penemuan berikutnya.
f.          Model Penata Lanjutan, model ini dipelopori oleh David Ausubel yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemerosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.
g.         Memori, dipelopori ole Harry Lorayne dan Jerry Lucas. Model ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengingat.

3.      Model Personal (Personal Models)
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Menurut teori ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a.       Pengajaran non-direktif, dipelopori oleh Carl Rogers. Model ini menekanan pada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian dan konsep diri.
b.      Latihan kesadaran, model ini dipelopori oleh Frits Peris dan Willian Schultz yang bertujuan meningkatkan kemampuan seseorang untuk ekplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antarpribadi.
c.       Sinektik, dipelopori oleh William Gordon yang bertujuan untuk perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
d.      Sistem-sistem konseptual, dipelopori oleh David Hunt yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.
e.       Pertemuan kelas, yang dipelopori oleh William Glasser. Bertujuan sebagai perkembngan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial.

4.         Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavior)
Model ini bertitik tolak dari teoi belajara behavioristic, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan anak pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Berikut ini adalah rumpunan model modifikasi tingkah laku, yaitu:
No.
Model
Tokoh
Tujuan
1.
Manjemen kontingensi
B.F. Skinner
Fakta-fakta, konsep, keterampilan.
2.
Kontrol diri
B.F. Skinner
Perilaku/keterampilan sosial.
3.
Relaksi (santai)
Rimm & Masters Wolpe
Tujuan-tujuan pribadi (mengurangi ketergantungandan kecemasan).
4.
Pengurangan ketegangan
Rimm & Masters Wolpe
Mengalihkan kesantaian kepada kecemasan dalam situasi sosial.
5.
Latihan asertif desensitas
Wolpe, Lazarus, Salter
Ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial.
6.
Latihan langsung
Gagne, Smith & Smith
Pola-pol perilaku, keterampilan.

D.    Pola-Pola Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.
Barry Morris (1963:11) mengklasifikasikan empat pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
1.      Pola Pembelajaran Tradisional 1













TUJUAN
 


GURU
 


 


  1. GURU DENGAN MEDIA
     
    PENETAPAN ISI DAN METODE
     
    Pola Pembelajaran tradisional 2
SISWA
 
                                                                                                                
  1. SISWA
     
    GURU
     
    PENETAPAN ISI DAN METODE
     
    Pola Pembelajaran Guru dan Media
MEDIA
 
                                                                                                                
4.     
SISWA
 
MEDIA
 
PENETAPAN ISI DAN METODE
 
Pola Pembelajaran Bermedia













 



E.     Model-model Pembelajaran
1.      Model-model Desain Pembelajaran
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa sistem instruksional yang menggunakan pendekatan system, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik dan sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian pada kurikulum 1975 untuk tingkat SD, SMP, SMA, dan kurikulum  1976 untuk sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan adanya tujuan yang jelas, sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI  merujuk pada pengertian sebagai suatu sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu sistem, pembelajaran mengandung sejumlah komponen, seperti tujuan, materi, metode, alat, dan evaluasi yang kesemuanya berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. PPSI merupakan model pembelajaran yang menerapkan suatu system untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Adapun langkah-langkah dari pengembangan model PPSI ini yaitu:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran, kemampuan-kemampuan atau kompetensi tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehungga dapat diamati dan di evaluasi.
b.      Mengembangkan alat evaluasi
Dalam mengembangkan alat evaluasi perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan bentuk-bentuk tes yang akan digunakan. Apakah jenis tes tertulis, lisan atau tes perbuatan. Kemudian bentuk tes yang digunakan apakah pilihan ganda (multiple choice), essai, benar-salah, atau menjodohkan. Untuk menilai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dapat digunakan satu jenis tes atau satu bentuk tes. Hal ini sangat sangat bergantung pada hakikat tujuan yang akan dicapai.
c.       Menentukan kegiatan belajar-mengajar
1)      Merumuskan semua kemungkinan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
2)      Menetapkan mana dari setiap kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu ditempuh oleh siswa, dan
d.      Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa
Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok materi pembalajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuia dengan jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan.
e.       Merencanakan program KBM
Pada langkah ini perlu disusun strategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan mengajar yang dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas.
f.       Pelaksanaan
1)      Mengadakan Pretest (tes awal)
Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa, sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan.
2)      Menyampaikan materi pelajaran
Sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan dicapai, sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.
3)      Mengadakan posttest
Post test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identic dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya.


2.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer
Program pembelajaran berbasis computer merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan software computer berupa program computer yang berisi materi pelajaran dalam bentuk latiahan-latihan. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Robert Heinich, Molenda dan James D. Russel (1985:226) yang menyatakan bahwa sistem computer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual dan langsung kepada siswa dengan cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan kedalam sistem computer, inilah yang disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.
ü  Model Drills
Model Drills adalah suatu model dalam pembelajaran dengan jalan melatih siswa terhadap bahan pelajaran yangn sudah diberikan. Melalui model Drills akan ditanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk latihan. Melaui model ini, maka akan memperkuat tanggapan pelajaran pada siswa. Pelaksanaannya secara mekanis untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran dan kecakapan.
Model Drills dalam pembelajaran berbasis computer pada dasarnya merupakan salah satu model pembelajaran yang bertujuan memberiakan pengalaman belajar yang konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk bentuk pengalaman yang mendekati bentuk suasana yang sebenarnya dengan menyediakan latihan-latihan soal yang bertujuan untuk menguji performance dan kemampuan siswa melalui kecepatan penyelesaian soal-soal latihan yang diberikan.

3.      Model Pembelajaran PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yng sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai degan yang dinyatakan oleh Brooks bahwa. “pembaruan dalam pendidikan harus dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana guru mengajar’, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil”. Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal.
a.       Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pmbelajaran secara optimal. Pembelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajaran (child center/student center) bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (techer center).
b.      Pembelajaran Afektif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu pembelajaran aktif memungkinkan siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensintesis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa delama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran, dan pemecahan masalah. Siswa dikatakan kreatif apabila mampu melakukan apabila mampu melakukan sesuatu yang menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dengan mewujudkan dalam bentuk sebuah hasil karya baru.
d.      Pembelajaran Efektif
Pembelajaran mampu dikatakan efektif jika mmpu memberikan pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran efektif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut: (1) melakukan appersepsi, (2) melakukan eksplorasi, yaitu memperkenalkan materi pokok  dan kompetensi dasar yang akan dicapai, serta menggunakan variasi metode, (3) melakukan konsolidasi pembelajaran, yaitu mengaktifkan siswa dalam membentuk kompetensi dan mengaitkan dengan kehidupan siswa, (4) melakukan penilaian, yaitu mengumpulkan fakta-fakta dan data/dokumen belajar siswa yang valid untuk melakukan perbaikan program pembelajaran.
e.       Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekn (not under pressure) (Mulyasa, 2006: 194). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk mewujudkn proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.

4.      Model Pembelajaran Berbasis Masalah
a.       Konsep Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai rangkaian aktivitas pmbelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat iga ciri utama dari model pembelajaran ini. Pertama, Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikit secara ilmiah.
Untuk mengimplementasikan Model Pembelajaan Berbasis Masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bias diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yng terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan.
b.      Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Sesuai dengan tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum Model Pembelajaran Berbasis Masalah bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
1)      Menyadari Masalah
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Kemampuan yang harus di­capai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2)      Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dan kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpul­kan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah.
3)   Merumuskan Hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka merumuskan hipotesis me­rupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampu­an yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan.
4)   Mengumpulkan Data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menen­tukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diaju­kan harus sesuai dengan data yang ada. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5)   Menguji Hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentu­kan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampu­an yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubung­annya dengan masalah yang dikaji. Di samping itu, diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6)   Menentukan Pilihan Penyelesaian
Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah keca­kapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

5.    Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran de­ngan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang ke­mampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Hal yang menarik dari Model Pembelajaran Kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Peosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) penjelasan materi; (2) belajar dalam ke­lompok; (3) penilaian; dan (4) pengakuan tim.
a.    Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok­pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Juan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
b.    Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok­pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam Model Pembelajaran Kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik.
c.    Penilaian
Penilaian dalam Model Pembelajaran Kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemam­puan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabung­an keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki niai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
d.   Pengakuan Tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang di­anggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudi­an diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

6.    Model Pembelajaran Kontekstual (contextual Teaching and Learning)
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Berikut ini adalah karakteristik dari CTL, yaitu:
a.       Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pe­ngetahuan yang sudah ada (activiting knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
b.      Pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduk­tif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya.
c.       Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pe­ngetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk di­pahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan ber­dasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembang­kan.
d.      Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (apply­ing knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang di­perolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
Dari penjelasan di atas maka seorang guru dalam menerapkan model pembelajaran CTL harus dapat memperhatikan keadaan siswa dalam kelas. Selain itu, seorang guru juga harus mampu membagi kelompok secara heterogen, agar siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai.

7.      Model Pembelajaran Terpadu
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: 1) fragmented; 2) connected; 3) nested; 4) sequenced; 5) shared; 6) webbed; 7) threaded; 8) integrated; 9) immersed; 10) networked.
Berdasarkan sifat keterpaduannya, dari kesepuluhan model pembelajaran terpadu tersebut dapat dibedakan menjadi tiga (Fogarty 1991:4), yaitu:
a.       Model dalam satu desain ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan nested (terangkai)
b.      Model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (keterurutan), model shared (berbagi), model webbed (jaring laba-laba), model threaded (bergalur), dan model integrated (keterpaduan).
c.       Model lintas siswa yang meliputi model immersed  dan model network.
Pada program pendidikan guru sekolah, terdapat tiga pembelajaran terpadu yang dipilih dan dikrmbangkan, yaitu model keterhubungan, model jarring laba-laba, dan model keterpaduan.
a.       Model keterhubungan (connected) adalah model pembelajaran yang sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari pada semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya didalam satu bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Robert Maynard hutchins.
b.      Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran terpadu dengan menggunakan pendekatan tematik. Pengembangan pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema. Tema bias ditetapkan dengan negosiasi antara guru dan siswa, tetapi dapat pula dengan cara diskusi sesame guru. Setelah tema disepakati dan subtemanya dikembangkan dengan memerhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi, selanjutnya dari subtema dikembangkan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah Lyndon B. Jahnson.
c.       Model keterpaduan (integrated) merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi. Berbeda dengan model jarring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, dalam model keterpaduan ini yang berkaitan dan bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin di cari dan dipiliholeh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan, dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang studi. Selanjutnya dipilih beberapa konsep keterampilan dan sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih diantara berbagai bidang studi. Tokoh yang mengembangkan model ini adalah John Milton.

F.     Memilih Model Pembelajan Yang Baik
Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimangkan guru dalam memilihnya, yaitu :
1.       Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
3.      Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa.
4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.










BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kami ulas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat
dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.
Model-model dalam pembelajaran dapat digolongkan menjadi beberapa, yaitu: model Interaksi Sosial, model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model interaksi social menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Model Pemerosesan Informasi, model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memeroses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemerosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan symbol verbal dan visual. Teori pemerosesn informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Model Personal (Personal Models) model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Dan model model modifikasi tingkah laku (behavior) yang bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan anak pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati.
Beberapa hal yang harus dipertimangkan ketika memilih model pembelajaran, yaitu: pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai, pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa, dan pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
B.     Saran
Agar setiap pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diinginkan, sebagai pendidik harus dapat mempersiapkan apa yang akan menjadi kebutuhan ketika mengajar, baik ketersediaan atau motivasi belajar dan mengajar. Proses pembelajaran akan dikatakan sukses atau berjalan dengan lancar manakala peserta didik selalu mengingat pembelajaran apa yang telah ia dapat dari pendidik tersebut, dan biasanya pembelajaran tersebut akan selalu diingat karena pendidik menggunakan strategi atau desain/model pembelajaran yang menarik. Maka ketika akan mengajar sebagai pendidik yang profesional harus dapat menyesuaikan model apa yang sesuai dengan peserta didiknya.
















Daftar Pustaka
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara (halaman 51-55).
Majid abdul.2014.Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda karya (halaman 120-129).
B. Uno, Hamzah. 2012. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group (halaman 211-215 / 219 /241-245 / 247 / 249/255-257 / 262-263 / 272).
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. (halaman 131-146/ 147-166/ 285-290/ 321-322).














LAMPIRAN
YEL-YEL KELOMPOK 3

Kalau kau suka bilang Jigsaw…. (Jigsaw)
Kalau kau suka bilang the best….. (the best)
Kalau kau suka hati… ya memangnya begitu ….
Kalau kau suka hati Jigsaw The Best

Jigsaw…………….
Huuuhuuuu, yes yes
Haaaa……..

















BIODATA ANGGOTA KELOMPOK 3

Nama : Ahmad Afriyansah

NIM   : 2227132708

Motto :
” Hidup sekali, hiduplah yang berarti”

Nama : Jamilatul Afiah

NIM   : 2227130758

Motto : Doa, Usaha, Ikhlas, Tawakal

IMG20141119090840
Nama : Mukhwan Hariri

NIM   : 2227132117

Motto :
Tidak ada pekerjaan yang tidak bias saya lakukan selama saya masih bias belajar dan kebenaran itu tidak untuk semua orang tetapi hanya untuk mereka yang mencarinya”
Nama : Nia Maulida

NIM   : 2227132465

Motto :
Jadilah “pemenang” jangan menjadi “pecundang”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar